Gadis yang dulunya ceria itu kini tak lagi ceria.
Dia lupa cara tertawa, bahkan tersenyum.
Dia sayang pada semua hal dalam lingkungan dimana ia
bertumbuh, tapi ia selalu terlupakan.
Bahkan jadi yang selalu disalahkan.
Gadis yang dulunya selalu berlarian di padang bebas, dengan
bebasnya merentangkan kedua tangan, berteriak lepas, bebas. Dia tersenyum, dia
bahagia. Tanpa beban.
Dia yang dulunya sangat disayangi setiap orang, kini telah
hilang. Dia yang dulunya selalu diharapkan, sekarang hanyalah sebuah beban.
Bagi siapa saja.
Dia kini tak lagi matahari. Tak lagi membawa cahaya. Tak
lagi menjadi pengharapan bagi orang-orang yang disayang.
Matahari itu telah terbenam dalam senja. Kini ia hanya bisa
menunggu pagi yang serba tak pasti.
Dia yang dulu sangatlah berbeda dengan dia yang sekarang.
Senyumnya hilang, tawanya tak pernah nyata terlampiaskan. Ia
menjalani semua-muanya dalam balutan drama yang lambat laun menggerogoti
hatinya, mematikan jiwanya. Dia benar-benar berbeda.
Bagaimana bila ia dibawa ke padang bunga yang luasnya tak
terkira? Biar ia bisa berlari. Biar ia bisa bernyanyi. Biar tawanya membahana
sampai angkasa. Biar senyumnya disaksikan semesta.
Ia suka padang bunga, bukan bangunan tua.
Mengapa? Karena sekumpulan kupu-kupu dan kumbang yang
bertasbih pada semesta demi Tuhan lebih mulia daripada sekelompok mesin yang
merasa dirinya serba bisa.
#HariKedua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar