Black Moustache

Minggu, 17 Maret 2013

Tittled Untittled.

Hai. Aku bingung harus nulis apa di posting blog kali ini. Sedikit nggak jelas nggak apa-apa ya. Soalnya, aku nulis ini dengan perasaan yang masih absurd dan mata yang sembab. Sambil ngetik sambil meler hahaha. Aku nggak tau lagi mau curhat dimana kalau nggak di blog. Di twitter bener-bener nggak aman dan rawan stalkers. Di facebook antisipasi dibilang alay. Wah, yaudah sih blog adalah pelarian yang tepat. Lagipula siapa juga yang mau baca blogku :3 huehehee.

Jadi.....aku sendiri pun juga tidak tau darimana awal mula kisah ini dimulai. Ah, gimana sih bahasanya? Haha maaf ya kalau bahasanya agak aneh, udah lama nggak nulis nih. Ya gitu. Intinya gitu. 

Dimulai saat masa-masanya DBL. Orang itu, berhasil menyita perhatianku. Sebagian perhatianku. Lebih tepatnya, sebagian besar. Dia adalah orang pertama yang membuatku berpikir pertandingan basket tidak seberapa menarik dibanding dengannya. Aku tidak bisa fokus dan menikmati jalannya pertandingan. Bahkan kedua mataku tidak tertarik melihat sang bola basket yang sedang per-pdkt ria dengan ring. Aku justru terfokus pada nomer yang ada di jersey yang ia pakai. Hal ini membuatnya lebih mudah dikenali, bukan? :) Dia keren. Keren sekali. Sekeren itukah dia sampai bisa mengalihkan aku dari sebuah hal yang bagiku sangat adiktif, yaitu pertandingan basket?

Aku, awalnya hanya seorang pengagum dalam diam. Seorang diri menyimpan perasaan yang entah apa ini, sendiri. Tidak membagi cerita ke siapapun. Hanya dinding atau langit-langit gor yang bisu itu yang menjadi saksi ketika aku meneriakkan namanya, di tengah euforia supporter. Saat ia bertanding di lapangan. Walau dia tidak mendengarnya, tidak masalah. Aku hanya yakin, suaraku yang memuat semangat padanya itu akan dipantulkan oleh langit-langit gor menuju lapangan tempatnya men-dribble bola; "Semangat ya, Kamu."

Akhirnya, pada suatu waktu aku memberanikan diri untuk berbagi cerita tentang apa yang aku rasakan pada seseorang. Seseorang yang sangat aku percaya, managerku. Aku mulai menitipkan salam semangatku untuknya lewat managerku. Awalnya aku hanya memberi tau hal ini pada managerku. Tapi akhirnya, aku juga membagi cerita ke dua orang kakak kelas perempuan. Mereka berdua juga sama-sama sangat aku percaya.

Oh ya. Aku juga suka nulis-nulis tidak jelas gitu di Twittter. Awalnya biasa saja, benar-benar tidak ada yang peduli. Benar-benar biasa saja. Hanya semacam tweet lalu-lalang yang sekedar nampang di timeline. Sampai suatu hari.......ada suatu ke-frontal-an terjadi. Ada tragedi penyebutan nama dalam sebuah tweet. Duh. Ini benar-benar fatal. Aku tidak tau harus berbuat apa. Pasrah. Sekarang semua orang sudah tau.........termasuk orang yang aku kagumi tersebut.

Ya....aku bisa apa? Ini memang salahku, kenapa aku sebebas itu menuangkan perasaan di akunku. Terlalu frontal, mungkin. Tapi bukankah sebelumnya tidak ada yang peduli? Atau diam-diam banyak yang peduli? Entah.

Dan, yah......akhirnya pun seperti ini. Secepat ini? Sesingkat ini? Aku hanya tidak pernah menduga sebelumnya bahwa akan berakhir seperti ini dalam jangka waktu yang sesingkat ini. Lalu aku bisa apa? Aku cuma bisa menyesal sekarang. Penyesalan yang sangat sangat dalam. Ingin rasanya memutar kembali waktu. Memperbaiki semuanya. Andai semua ini tidak pernah terjadi. Andai kedua mataku tidak pernah menangkapnya di tengah pertandingan. Andai aku tidak pernah tau apapun tentangnya. Andai aku bersikap biasa saja. Andai aku tidak berlebihan. Andai dia tidak semudah itu menghindar. Andai dia tidak pernah tau aku. Andai dia lebih sedikit membuka hati untuk paling tidak mengenali. ANDAI AKU MASIH DIBERI KESEMPATAN KEDUA UNTUK MEMPERBAIKI SEMUANYA. Memulai dari awal. Bersikap seolah tidak ada apa-apa.

Hei, aku tidak ingin ukhuwah ini berantakan seperti ini. Aku tau ada bagian yang salah dalam permasalahan ini. Lalu, tidak ada ketidakmungkinan untuk memperbaikinya bukan?

"Aku harap kita bisa kembali seperti biasa. Sebelum perasaan ini hadir. Sebelum kita bertemu dan saling mengenal."

-Buat 6 dari 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar