Black Moustache

Jumat, 08 Juni 2012

Just can't handle the tears

Siang itu di food court atas Galeria Mall.

Aku nggak tau apa yang harus aku lakukan saat itu. Hanya memandang tanpa makna ke arah segelas es teh di depanku. Diam sudah lebih dari cukup.

Hari Senin, 2 hari pasca pengumuman kelulusan dan nem (nem? hah apa itu nem?!). Aku masih nggak sanggup buat menatap mata Bagas seperti biasa. Aku nggak sanggup kalau harus melihat guratan kesedihan di wajahnya. Aku nggak sanggup berkata sepatah kata pun.

Sebenarnya, bukan nilai yang menjadi permasalahannya. Tapi mengenai kenyataan kalau aku harus beda sekolah dengannya. Aku serasa...nggak sanggup. Aku butuh dia. Bahkan sampai kapanpun. Selama ini dia yang selalu ada buatku. Itulah kenapa semenjak aku kenal Bagas, aku nggak takut lagi sama yang namanya hidup. Seberat apapun itu. Karena aku tau, kalau aku terjatuh akan ada seseorang yang siap menopangku dan membantuku bangkit lagi.

Tapi, kenapa justru di saat-saat menuju kedewasaan ini aku harus berpisah dengannya? Hanya gara-gara suatu hal bernama nem. Apa itu nem, hah? Euluuh, mungkin semacam sesuatu yang menggeliat atau melata gitu-_-

Tanpa terasa, sekelumit hal abstrak yang ada di pikiranku membuat aku...tess...menitikkan air mata.

"Dea kenapa? Nggak boleh nangis gitu lho, aku nggak kenapa-napa". Yah gitu, aku nggak bisa jawab apa-apa. Justru semakin netes karena sikap lembutnya ke aku.

"Katanya mau ke Jerman bareng..." Deg! Dan kata-kata dia itu benar-benar membuat aku merasakan ada sesuatu yang menjebol dasar hatiku, tempat bersemayamnya jutaan mimpiku. Rasanya...segala penyesalan, ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakmampuanku dilibas habis oleh kata-kata sederhananya.

"Aku nggak mau liat kamu sedih. Kamu kan udah janji ke aku buat jadi cewek yang tegar dan mandiri. Maaf, nilaiku cuma segitu jadi aku nggak bisa nemenin kamu ke Teladan. Aku udah ikhlas, aku baik-baik aja kok...asalkan kamu nggak sedih lagi."

"Aku sedih karena aku takut kamu sedih," akhirnya aku bisa mengucapkan sebuah kalimat ke dia. Sederhana.

"Aku nggak sedih sama sekali. Aku cuma masih kaget kok nilaiku bisa segitu. Tapi, aku janji sama kamu, SMA besok aku bakal pinter. Aku bakal ikut AFS. Aku mau kejar undangan masuk UGM. Aku mau bareng kamu lagi."

Ha ha, apa yang akan kalian lakukan kalau kalian berada di posisiku? Gimana perasaan kalian? Indescribeable. Kalian tau? Baru pertama kali ini ada cowok yang bilang seperti itu ke aku. Emot yang paling tepat mungkin seperti ini; :"""") Ya, kalian boleh bilang ini alay atau gimana, what so ever ya wqwq. Karena kalian pasti belum pernah ngrasain kan rasanya gimana? Ya kan, ya kan? Coba lihat aja kalau udah tiba waktunya.

"BAGAS NANTI MAIN BASKET YA! OH IYA MAMPIR BELI SWEETBEARY JUGA!..." dan ini, dan itu...spontan aku kembali bersemangat. Membuat list dadakan tentang kegiatan yang akan kami lakukan selanjutnya.
Ya karena kalau boleh dibilang ini saat-saat terakhir aku bisa bareng sama dia, aku ingin menghabiskannya dengan segala hal yang menyenangkan. Bukan justru mengisinya dengan kesedihan tanpa arti hanya karena hal absurd yang disebut nem. Aku masih punya waktu bersama dia, jadi aku tidak akan menyia-nyiakannya.

Satu hal yang terpenting; Aku bangga pada Bagas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar